Selasa, 16 Mei 2017

PROFIL SEORANG WIRAUSAHA

LEGOWO DALAM MENGHADAPI LIKA LIKU KEHIDUPAN


OLEH : PRAMESTI RIZKI ASTARIANTI


Mrahanto lahir pada Agustus 55 tahun silam di Boyolali kota yang terkenal dengan susu sapi di Jawa Tengah. Beliau lahir dari kalangan keluarga berada pada saat itu keluarganya mempunyai ternak sapi dan kuda dan ayahnya (Alm. Noyo Miyanto) yang terkenal dengan seorang petani dan “Jagal Jaran” pada masa tersebut. Mrahanto adalah anak ke 3 dari 7 bersaudara yang terdiri dari 2 anak perempuan dan 5 anak laki laki. Mas Kenthut adalah sapaan akrabnya dirumah dan lingkungan sekitar. Dari kecil, beliau suka membantu orang tua dan sangat menyayangi saudara saudaranya serta beliau pandai bergaul sehingga memiliki banyak teman.
Beliau mengenyam bangku Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas di kota Boyolali, lalu setelah lulus SMA beliau menjadi orang paling beruntung karena bisa diterima di Universitas Gadjah Mada di Fakultas Hukum. Suatu hal yang sangat membanggakan bagi seorang anak petani dan wirausaha pada saat itu. Namun, dari kecil beliau mempunyai semboyan bahwa dia lebih baik jadi wiraswasta daripada bisa jadi pegawai kantoran tetapi dengan cara memberi sogokan kepada perusahaan agar beliau bisa diterima kerja.
Setelah lulus kuliah sebagai Sarjana Hukum, sambil cari cari kerja beliau bergabung dengan klub musik keroncong “Tak Kusangka” sebagai pemukul Drum. Dari kecil memang beliau suka latihan musik dengan teman teman sedesanya. Karena klub musiknya berjaya pada tahun 90an, Mas Kenthut seperti terbuai oleh job-job yang terus menerus sehingga beliau menjadi lupa akan karier nya dan malas cari kerja. Beliau pernah ditawari pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil tetapi beliau harus menyiapkan uang sekian juta untuk bisa diterima menjadi pegawai tersebut. Hal ini membuat dia kembali menerapkan semboyannya itu dan dia memilih untuk tidak menerima tawaran tersebut. Namun, setelah dia menolak tawaran tersebut, beliau mendapatkan pekerjaan sebagai Dosen di Perguruan Tinggi Swasta di Kota Solo sekitar 2tahun.
Kesabaran, cinta, kasih sayang dan perhatiannya terhadap orang tua dan saudara saudaranya menyebabkan dia tidak memikirkan dirinya sendiri. Keempat adiknya dihantarkan sampai menikah, sehingga beliau menikah paling akhir. Pernikahannya itupun melalui perjodohan dengan keponakan Pakde dari Mas Kenthut sendiri. Beliau menikah pada tahun 1998 dengan istrinya Ida Sofyani yang saat itu baru saja lulus dari Fakultas Ekonomi di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kebetulan istrinya Mas Kenthut ini dibesarkan dari keluarga yang mempunyai usaha Kios Beras di Pasar Kartasura. Setelah orang tua nya Mbak Ida meninggal, Mas Kenthut dan Mbak ida meneruskan usaha Kios Beras tersebut.
Pada tahun 1999 dan tahun 2003, lahirlah anak perempuan dari rahim Mbak Ida. Mempunyai dua orang anak membuat Mas kenthut semakin giat untuk mengelola usahanya tersebut. Beliau juga sempat bekerja di sebuah Percetakan Buku “Sahabat” di kota Klaten. Tetapi, bekerja di percetakan hanya berlangsung selama 4tahun saja. Menjadi wirausaha beliau mengalami jatuh bangun. Disaat yang bersamaan ketika beliau keluar dari percetakannya tersebut, kios berasnya juga mengalami gulung tikar. Sampai pada akhirnya beliau menjual kios tersebut dan memulai usaha baru di rumahnya yang terletak di Kartasura sebagai pengusaha “Emping Beras” atau yang biasa kita kenal dengan kerupuk karak.
Gelombang perkonomian yang menyebabkan beliau jatuh bangun untuk kedua kalinya tidak membuat beliau menyerah dalam mencari sesuap nasi. Kesabaran, kejujuran dan rasa nrimo ing pandum yang menjadikan beliau hidup dengan penuh kesederhanaan dan mempunyai rasa syukur. Beliau tetap menjadi ayah yang bertanggung jawab. Sehingga pada saat ini, beliau menjadi sopir pribadi seorang dokter dan juga menjadi sopir panggilan bagi siapa pun yang membutuhkan saat beliau longgar.
Mas Kenthut tetap menjadi orang yang bersahaja sampai saat ini beliau masih menjadi orang yang tidak pernah berubah. Beliau tetap menjadi orang yang sangat ramah kepada siapapun, tetap membantu orang yang kesusahan walaupun dia juga sedang dalam keadaan susah. Beliau tetap tersenyum dan tetap humoris seperti dahulu kala.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar