LEGOWO DALAM MENGHADAPI LIKA LIKU
KEHIDUPAN
OLEH : PRAMESTI RIZKI ASTARIANTI
Mrahanto
lahir pada Agustus 55 tahun silam di Boyolali kota yang terkenal dengan susu
sapi di Jawa Tengah. Beliau lahir dari kalangan keluarga berada pada saat itu
keluarganya mempunyai ternak sapi dan kuda dan ayahnya (Alm. Noyo Miyanto) yang
terkenal dengan seorang petani dan “Jagal Jaran” pada masa tersebut. Mrahanto
adalah anak ke 3 dari 7 bersaudara yang terdiri dari 2 anak perempuan dan 5
anak laki laki. Mas Kenthut adalah sapaan akrabnya dirumah dan lingkungan
sekitar. Dari kecil, beliau suka membantu orang tua dan sangat menyayangi
saudara saudaranya serta beliau pandai bergaul sehingga memiliki banyak teman.
Beliau
mengenyam bangku Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas di kota Boyolali,
lalu setelah lulus SMA beliau menjadi orang paling beruntung karena bisa
diterima di Universitas Gadjah Mada di Fakultas Hukum. Suatu hal yang sangat
membanggakan bagi seorang anak petani dan wirausaha pada saat itu. Namun, dari
kecil beliau mempunyai semboyan bahwa dia lebih baik jadi wiraswasta daripada
bisa jadi pegawai kantoran tetapi dengan cara memberi sogokan kepada perusahaan
agar beliau bisa diterima kerja.
Setelah
lulus kuliah sebagai Sarjana Hukum, sambil cari cari kerja beliau bergabung
dengan klub musik keroncong “Tak Kusangka”
sebagai pemukul Drum. Dari kecil memang beliau suka latihan musik dengan teman
teman sedesanya. Karena klub musiknya berjaya pada tahun 90an, Mas Kenthut
seperti terbuai oleh job-job yang terus menerus sehingga beliau menjadi lupa
akan karier nya dan malas cari kerja. Beliau pernah ditawari pekerjaan sebagai
Pegawai Negeri Sipil tetapi beliau harus menyiapkan uang sekian juta untuk bisa
diterima menjadi pegawai tersebut. Hal ini membuat dia kembali menerapkan
semboyannya itu dan dia memilih untuk tidak menerima tawaran tersebut. Namun,
setelah dia menolak tawaran tersebut, beliau mendapatkan pekerjaan sebagai
Dosen di Perguruan Tinggi Swasta di Kota Solo sekitar 2tahun.
Kesabaran,
cinta, kasih sayang dan perhatiannya terhadap orang tua dan saudara saudaranya
menyebabkan dia tidak memikirkan dirinya sendiri. Keempat adiknya dihantarkan
sampai menikah, sehingga beliau menikah paling akhir. Pernikahannya itupun
melalui perjodohan dengan keponakan Pakde dari Mas Kenthut sendiri. Beliau
menikah pada tahun 1998 dengan istrinya Ida Sofyani yang saat itu baru saja
lulus dari Fakultas Ekonomi di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kebetulan
istrinya Mas Kenthut ini dibesarkan dari keluarga yang mempunyai usaha Kios
Beras di Pasar Kartasura. Setelah orang tua nya Mbak Ida meninggal, Mas Kenthut
dan Mbak ida meneruskan usaha Kios Beras tersebut.
Pada
tahun 1999 dan tahun 2003, lahirlah anak perempuan dari rahim Mbak Ida.
Mempunyai dua orang anak membuat Mas kenthut semakin giat untuk mengelola
usahanya tersebut. Beliau juga sempat bekerja di sebuah Percetakan Buku “Sahabat” di kota Klaten. Tetapi, bekerja
di percetakan hanya berlangsung selama 4tahun saja. Menjadi wirausaha beliau
mengalami jatuh bangun. Disaat yang bersamaan ketika beliau keluar dari
percetakannya tersebut, kios berasnya juga mengalami gulung tikar. Sampai pada
akhirnya beliau menjual kios tersebut dan memulai usaha baru di rumahnya yang
terletak di Kartasura sebagai pengusaha “Emping
Beras” atau yang biasa kita kenal dengan kerupuk karak.
Gelombang
perkonomian yang menyebabkan beliau jatuh bangun untuk kedua kalinya tidak
membuat beliau menyerah dalam mencari sesuap nasi. Kesabaran, kejujuran dan
rasa nrimo ing pandum yang menjadikan
beliau hidup dengan penuh kesederhanaan dan mempunyai rasa syukur. Beliau tetap
menjadi ayah yang bertanggung jawab. Sehingga pada saat ini, beliau menjadi
sopir pribadi seorang dokter dan juga menjadi sopir panggilan bagi siapa pun
yang membutuhkan saat beliau longgar.
Mas
Kenthut tetap menjadi orang yang bersahaja sampai saat ini beliau masih menjadi
orang yang tidak pernah berubah. Beliau tetap menjadi orang yang sangat ramah
kepada siapapun, tetap membantu orang yang kesusahan walaupun dia juga sedang
dalam keadaan susah. Beliau tetap tersenyum dan tetap humoris seperti dahulu
kala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar