Rabu, 12 Juli 2017

RAJA SALMAN MENDADAK HITZ!


BEBERAPA bulan terakhir, kedatangan Raja Salman memantik kehebohan di seantero negeri. Namun, beberapa hari ke depan, kehebohan itu, tampaknya, bakal datang dari e-KTP.
Namun, sebelum kening kita berkerut dengan kasus e-KTP, ada baiknya kita berkelana sejenak ke Nandurbar, India. Pada 29 September 2010, wilayah yang terletak di Negara Bagian Maharashtra itu menjadi saksi sejarah dimulainya proyek digitalisasi data kependudukan terbesar di dunia.
Di suatu siang yang panas dan berdebu, wajah Perdana Menteri Manmohan Singh dan Ketua Kongres Sonia Gandhi tampak berseri-seri. Di hadapan ratusan warga, mereka me-launching sekaligus menyerahkan kartu Aadhaar pertama kepada seorang perempuan bernama Ranjana Sonawme.
Sonia lantas mengutip pernyataan almarhum suaminya, perdana menteri legendaris Rajiv Gandhi, yang meyakini bahwa teknologi informasi bakal membantu warga India untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik.
Aadhaar adalah kartu identitas kependudukan dengan chip digital. Kartu itu memiliki identifikasi unik yang terdiri atas 12 digit angka. Identitas tersebut dicocokkan dengan sidik jari, retina mata, dan foto wajah. Mirip dengan e-KTP di Indonesia.
Namun, dua program yang mirip itu berjalan berlainan arah. Dalam 270 hari atau Juni 2011, Aadhaar sudah bisa menjangkau 10 juta penduduk India. Lalu, 1 April 2016, Aadhaar mengguratkan tinta emas sejarah saat berhasil menjangkau 1 miliar penduduk India.
Hasilnya, Aadhaar pun sukses membuka akses penduduk India terhadap pelayanan sosial, pelayanan kesehatan, hingga pembukaan rekening bank. Sampai pertengahan 2016, sudah lebih dari 250 juta rekening bank yang terhubung dengan sistem Aadhaar.
Bukan hanya itu. Menurut riset Bank Dunia, Aadhaar diperkirakan bisa menghasilkan penghematan biaya hingga USD 1 miliar atau sekitar Rp 13 triliun. Itu dicapai melalui pengurangan fraud dan peningkatan efisiensi birokrasi pemerintah India.
Nah, bagaimana dengan e-KTP yang pilot project-nya dimulai pada 2009? Kita semua tahu, hingga kini belum juga tuntas. Korupsi dan berbelitnya birokrasi membuat program tersebut karut-marut.
Tetapi, bukan hanya karut-marut itu yang menjadi pil pahit yang harus kita telan. Melainkan kehebohan dan kegaduhan politik yang bakal menguras energi. Simak saja omongan Ketua KPK Agus Rahardjo pekan lalu. ’’Mudah-mudahan tidak ada guncangan politik yang besar ya karena nama yang akan disebutkan memang banyak sekali. Kalau Anda mendengarkan dakwaan dibacakan, Anda akan sangat terkejut.’’
Dua kalimat itu seolah menjadi pemanasan bahwa sidang di Pengadilan Tipikor Jakarta Kamis (9/3) bakal benar-benar panas. Di kalangan wartawan, sudah beredar nama-nama yang kabarnya bakal tersangkut kasus e-KTP. Mereka memang ’’nama-nama besar’’ yang sering muncul          di panggung politik nasional.
Tentu, kita berharap kasus-kasus hukum yang jelas-jelas merugikan keuangan negara tersebut bisa diusut tuntas. Namun, jangan sampai hal itu memicu kegaduhan politik, saling sandera kepentingan, hingga menguras energi seantero negeri.
Pada saat seperti ini, pemerintah harus berfokus pada misi yang lebih besar: menggenjot pertumbuhan ekonomi, mengentaskan kemiskinan, dan memeratakan kesejahteraan.


BUKIT MOKO DAN KAMI BEREMPAT

ANTARA BUKIT MOKO DAN KAMI BEREMPAT

Keindahan Bukit Moko At Night Bukit Moko atau yang lebih dikenal dengan caringin tilu (CARTIL) terletak di Desa Cimenyan (Cimenyan), Bandung, Jawa Barat adalah salah satu puncak tertinggi di kota bandung yang sangat cocok untuk melihat keindahan landscape kota bandung dari sisi yang berbeda, kita bisa menyaksikan pemandangan 180 derajat dari ketinggian sekitar 1500 dpl (diatas permukaan laut), sejauh mata memandang terlihat cekungan kota bandung terlihat hamparan ladang dan bukit nan indah mendamaikan perasaan dan menyejukan hati. 
Saya dan ketiga kakak saya memutuskan untuk touchdown langsung ke Bukit  Moko karena sudah lama kami penasaran dengan tempat yang konon katanya sangat sangat menakjubkan ini. Kami bertiga memutuskan berangkat dari Buah Batu pada pukul 02.00 dini hari. Sebelum melakukan perjalanan kesana, kami berempat sahur on the road terlebih dahulu. Setelah selesai sahur on the road, kami memulai petualangan dini hari untuk mengejar Sunrise diatas Bukit Moko. Perjalanan cukup panjang dari tempat kami menginap, membutuhkan waktu 2jam untuk sampai di Bukit Moko ditambah kami semua baru pertama kali ke tempat tersebut. Untuk menuju lokasi tersebut pertama kami bisa meminta petunjuk arah dengan memanfaatkan aplikasi Google Maps dengan mengetikan kata kunci “Bukit Moko Desa Cimenyan” setelah mendapatkan lokasi kami bisa langsung menuju lokasi sebagai acuan untuk dapat sampai ke Bukit Moko, saya sarankan untuk tidak menggunakan mobil sedan dan pastikan kondisi mobil prima untuk acuan yang paling mudah anda harus belok kiri sebelum terminal cicahem bandung tepatnya desa padasuka ada plang Saung Angklung Udjo di pinggir jalan raya, Jika sudah memasuki gerbang utama Desa Padasuka lanjutkan perjalananmu, nanti kamu akan melewati tempat wisata Saung Angklung Udjo. Dari sini perjalanan masih jauh sekitar 8 Km  lagi menuju bukit moko dengan kontur jalan yang semakin sempit dan menanjak. Sebelum mencapai puncak kamu akan melewati cafe “Dapur Caringin Tilu arahkan kendaraan kamu menuju Desa Padasuka lalu Cartil/Caringin Tilu.
Setelah sampai di Bukit Moko, saya heran kenapa orang orang suka dengan tempat yang menurut saya biasa saja seperti ini. Hanya terlihat pedesaan kecil dan jalan menanjak yang cukup tinggi menurut saya. Saya pikir ini sudah finish sampai ke tempat tujuan. Ternyata... perjalanan belum usai, kami harus memarkirkan mobil di bawah dan kami harus berjalan ke jalan yang cukup menanjak tadi. Setelah sampai diatas kami semua terpesona dengan pemandangan Bukit Moko pada pukul 4.30 pagi. Diatas Bukit Moko saya bisa melihat kerlap kerlip lampu seluruh Kota Bandung. Disana juga terdapat beberapa saung yang bisa untuk sekedar nongkrong dan ngopi. Didepan mata saya bisa melihat hutan pinus yang sangat indah dan dibawah bukit terdapat sawah berbentuk terasiring. Jika kalian ingin ke Bukit Moko saya menyarankan untuk memakai jaket tebal dan memakai kaos kaki karena suhu udara disana sangat sangat dingin, bahkan mulut bisa mengeluarkan uap seperti diluar negri ketika musim dingin tiba.
Setelah matahari mulai muncul sedikit demi sedikit, Bukit Moko terlihat semakin jelas keindahannya. Hutan pinus didepan mata saya terlihat sangat bagus karena baru terlihat ada rumah kayu ditengah hutan pinus tersebut. Rumah kayu tersebut terlihat sangat lucu. Kami  memutuskan untuk naik ke atas hutan pinus. Kami harus membayar tarif masuk untuk menjelajah hutan pinus tersebut. Tarif masuk tersebut cukup 10.000 rupiah saja. Kami menyempatkan untuk berfoto foto cukup lama sebelum kecapekan berjalan. Hutan pinus disana cukup licin dan jalan menanjak tak beraturan. Tetapi itu semua tidak menyurutkan semangat kami. Kami tetap menikmati pemandangan di dalam hutan pinus dengan lantunan suara serangga serangga bersautan.

Pada pukul 08.00 kami akhirnya menyerah dan berniat untuk turun dan istirahat. Karena kami semua sudah puas dengan keindahan Bukit Moko, kami memutuskan untuk kembali pulang ke Buah Batu. Kami sangat bahagia bisa menikmati salah satu liburan kami di Bukit Moko. Kami  bisa menemukan pemandangan yang sebelumnya belum pernah kami temukan. Terimakasih Bukit Moko sudah memberikan pengalaman indah kepada kami semua. 






Senin, 03 Juli 2017

ARUS BALIK LEBARAN 2017 DI SURAKARTA LANCAR JAYA


Prediksi macet parah kendaraan arus balik yang melewati Kota Surakarta siang ini tidak terbukti. Hal itu terlihat dari kondisi lalu lintas di kota kecil ini terbilang ramai lancar.

Berdasarkan pantauan DISHUB Surakarta, lalu lintas dikawasan Manahan ke arah Kota, Kerten ke arah Sumber, Colomadu ke arah Boyolali, Boyolali ke arah Semarang, Ringroad Mojosongo ke arah Sragen terpantau lumayan lancar.

Salah satu petugas DISHUB kota Surakarta, Jawa Tengah, Supriyanto mengatakan baik yang mengarah menuju Surabaya, Yogyakarta dan Semarang via Surakarta terbilang lancar. Meski kemaren sempat terjadi kemacetan di beberapa titik menuju arah keluar dari kota Surakarta. Hanya saja dari arah Kleco sampai dengan Kerten terpantau sedikit ada kemacetan karena merupakan wilayah perbelanjaan.

“Mungkin puncaknya yang hari Jumat-Sabtu kemarin, selepas itu pergerakan kendaraan terbilang ramai tapi masih lancar” ujar dia saat ditemui, Minggu (2/7/2017) siang.

“Enggak terbukti prediksi macet total, malah mulai jam tujuh malam kemarin kendaraan boleh dibilang lancar tanpa hambatan, padahal biasanya mulai padat seperti tahun kemarin” tambah dia lagi.


Supriyanto menilai, meskipun ancaman kemacetan panjang masih mengintai, namun banyaknya titik singgah seperti wisata kuliner dan belanja oleh oleh di Kota Solo memberikan banyak pilihan bagi pemudik untuk rehat meninggalkan kemacetan.



Tidak ada sumbatan kendaraan yang terjadi. Bahkan jalur yang biasanya macet karena wilayah pertokoan terbilang ramai lancar, padahal pada hari Kamis Kota Surakarta terbilang cukup padat.